PEMAMFAATAN GIS (Geographic Information
System)
UNTUK PERTANIAN
1.
Latar Belakang GIS
Sektor pertanian terus
dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk
Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa, penyediaan pangan dan bahan baku industri,
pengentasan kemiskinan, penyedia lapangan kerja dan peningkatan pendapatan
masyarakat. Selain kontribusi langsung, sektor pertanian juga memiliki
kontribusi yang tidak langsung berupa efek pengganda (multiplier effect), yaitu
keterkaitan input-output antar industri, konsumsi dan investasi. Dampak
pengganda tersebut relatif besar sehingga sektor pertanian layak dijadikan
sebagai sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional.
Perencanaan dan
pengelolaan sumber daya alam yang baik mutlak diperlukan dalam pengembangan
pertanian. Tersedianya informasi potensi sumber daya lahan untuk pengembangan
komoditas pertanian akan sangat membantu upaya peningkatan produksi komoditas
pertanian secara berkelanjutan. Salah satu informasi dasar yang
dibutuhkan untuk pengembangan pertanian adalah data spasial (peta) potensi
sumberdaya lahan, yang memberikan informasi penting tentang distribusi, luasan,
tingkat kesesuaian lahan, faktor pembatas, dan alternatif teknologi yang dapat
diterapkan (Suryana et.al, 2005). Penginderaan Jauh Citra Satelit
dan Geographic Information System (GIS) merupakan teknologi spasial yang sangat
berguna dalam perencanaan pertanian.
SIG adalah Suatu komponen yang terdiri dari perangkat
keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja
bersama secara efektif untuk menangkap, menyimpan,memperbaiki,memperbaharui,mengelola,memanipulasi,mengintegrasikan,menganalisis,
dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis."
(ESRI,1990).
Menurut
Puntodewo, et.al, (2003) secara harafiah, GIS (Geographic Information System)
atau Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat diartikan sebagai ”suatu
komponen yang terdiri dari perangkat keras,perangkat lunak, data geografis dan
sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk menangkap,
menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi,
mengintegrasikan, menganalisa, dan menampilkan data dalam suatu informasi
berbasis geografis”.
Konsep dasar SIG yaitu
data yang merepresentasikan dunia nyata (real world) dapat disimpan,
dimanipulasi, dan dipresentasikan dalam bentuk yang lebih sederhana
dengan layer – layer yang direalisasikan dengan lokasi – lokasi geografi di
permukaan bumi. Hasilnya dapat digunakan untuk pemecahan berbagai masalah
perencanaan dan pengambilan keputusan berkaitan dengan data kebumian.
Sistem
Informasi yang berkaitan dengan catatan permukaan bumi (geografi) secara
konvensional (manual, sederhana) telah dilakukan oleh berbagai instansi sejak
lama dalam bentuk peta, tabel, dan laporan yang disimpan dalam almari dan
filing cabinet.
Tujuan
utama dari operasi SIG adalah:
- untuk menemukan berbagai persoalan nyata permukaan bumi yang
penting bagi kehidupan manusia.
- untuk menentukan strategi dan langkah operasional penanganan
berbagai persoalan permukaan bumi dan atau dekat permukaan bumi yang
diketemukan.
Komponen utama Sistem Informasi
Geografis dapat dibagi ke dalam lima komponen utama yaitu:
·
Perangkat keras
(Hardware)
·
Perangkat lunak
(Software)
·
Pemakai (User)
·
Data
·
Metode
Untuk mendukung suatu Sistem
Informasi Geografis, pada prinsipnya terdapat dua jenis data, yaitu:
·
Data spasial
Data yang berkaitan dengan aspek
keruangan dan merupakan data yang menyajikan lokasi geografis atau gambaran
nyata suatu wilayah di permukaan bumi. Umumnya di representasikan berupa grafik
, peta , atau gambar dengan format digital dan disimpan dalam bentuk koordinat
x dan y (vektor) atau dalam bentuk image (raster) yang memiliki nilai tertentu.
·
Datanon-spasial
Disebut juga data atribut, yaitu data
yang menerangkan keadaan atau informasi-informasi dari suatu objek (lokasi dan
posisi) yang ditunjukkan oleh data spasial. Salah satu komponen utama dari
Sistem Informasi Geografis adalah perangkat lunak (software). Dalam pendesainan
peta digunakan salah satu software SIG yaitu Map Info Profesional 8.0. MapInfo
merupakan sebuah perengkat lunak Sistem Informasi Geografis dan pemetaan yang
dikembangkan oleh MapInfo Co. Perangkat lunak ini berfungsi sebagai alat yang
dapat membantu dalam memvisualisasikan, mengeksplorasi, menjawab query, dan
menganalisis data secara geografis.
2.
Aplikasi GIS dalam Perencanaan Pertanian
Aplikasi SIG di bidang
Pertanian penyusunan Sistem Informasi Manajemen (SIM) dan Sistem Informasi
Geografis (SIG) Pertanian di setiap Kabupaten dilakukan untuk memberikan
gambaran seputar data-data pertanian di setiap Kabupaten, hal ini dilakukan
dengan perangkat komputer secara online dan update (terkini), sehingga
memudahkan user dalam memonitor perkembangan informasi pertanian di setiap
Kabupaten.
Manajemen pengelolaan
sistem perlu dilakukan secara sistematis, cepat, dan akurat untuk mengimbangi
pertumbuhan dan perkembangan data pertanian di Kabupaten tersebut, Melalui
pengaturan data yang baik, dengan melibatkan parameter-parameter perencanaan,
dapat dilakukan pengelolaan dan pemeliharaan data pertanian daerah secara
efektif dan efisien. Untuk mendukung sistem pengelolaan tersebut, perlu adanya
sistem informasi data pertanian yang berbasis spasial dan tabular.
Sebagai suatu bentuk
sistem informasi, GIS menyajikan informasi dalam bentuk grafis dengan
menggunakan peta sebagai antar muka, saat ini banyak digunakan untuk
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang berkaitan dengan wilayah
geografis. Subaryono (2005) mengemukakan bahwa GIS sering digunakan untuk
pengambilan keputusan dalam suatu perencanaan. Para pengambil keputusan akan
lebih mudah untuk menganalisa data yang ada dengan menggunakan GIS.
Gambar 1. Aplikasi Citra Satelit
dalam klasifikasi Pengguna Lahan
Gambar 2. Perencanaan lahan-lahan
pertanian yang akan ditanami jenis tanaman dengan varietas tertentu dalam pilot
projek penelitian diversifikasi dan ketahanan terhadap hama dan penyakit.
Teknologi penginderaan
jauh citra satelit mampu menyediakan data dengan cakupan yang luas, secara
cepat dan tepat waktu. Dengan didukung sistem informasi geografis, maka
perencanaan spasial dapat dilakukan dengan lebih mudah dan cepat (Jaya, 2003).
Citra dapat dibedakan atas citra foto (photographic image) atau foto udara dan
citra non foto (non photographic image).
Dalam perencanaan
bidang pertanian, citra satelit dapat dimanfaatkan antara lain untuk
perencanaan pola tanam dan perencanaan peremajaan tanaman.
Ketersediaan data citra dapat membantu dalam menetukan kesesuaian lahan untuk
pengembangan komoditi tertentu sesuai dengan kelas kemampuan lahan. Melalui
citra, dapat diketahui gejala atau kenampakan di permukaan bumi. Citra
dapat dengan cepat menggambarkan objek yang sangat sulit dijangkau oleh
pengamatan langsung (lapangan) melalui intrepretasi citra. Intrepretasi citra
untuk mengenali objek dilakukan melalui tahapan deteksi, identifikasi dan
analisis citra.
Salah satu keuntungan
dari data citra satelit untuk deteksi dan inventarisasi sumberdaya lahan
pertanian adalah setiap lembar (scene) citra ini mencakup wilayah yang sangat
luas yaitu sekitar 60–180 km2 (360.000–3.240.000 ha). Dengan mengamati daerah
yang sangat luas sekaligus, beserta keadaan lahan yang mencakup
topografi/relief, pertumbuhan tanaman/ vegetasi dan fenomena alam yang terekam
dalam citra member peluang untuk mengamati, mempelajari pengaruh iklim,
vegetasi, litologi dan topografi terhadap penyebaran sumberdaya lahan dan lahan
pertanian (Puslit. Tanah dan Agroklimat, 2000).
Beberapa jenis citra
satelit yang biasa digunakan adalah citra satelit Landsat, SPOT, Ikonos (untuk
perencanaan penggunaan lahan dan hidrologi), NOAA, Meteor dan GMS (untuk
klimatologi), dan lain sebagainya. Ketersediaan citra IKONOS dan SPOT 5
yang mempunyai resolusi spasial yang tinggi telah membuka peluang untuk mendapatkan
informasi tutupan lahan detail. Citra IKONOS telah digunakan oleh banyak
pemerintah daerah kabupaten dan atau perusahaan swasta nasional untuk memetakan
sumber daya alam yang ada di wilayahnya.
3.
Pemanfaatan
GIS dan Citra Satelit dalam Perencanaan Pengembangan Pertanian
Lillesand dan Kiefer
(1990) mendefenisiskan penginderaan jauh sebagai ilmu dan seni untuk memperoleh
informasi tentang objek, daerah, atau gejala dengan menganalisis data yang
diperoleh menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap objek, daerah, atau
gejala yang dikaji.
Pemanfaatan
SIG dalam bidang pertanian pada umumnya diperlukan beberapa data masukan,
berupa data spasial seperti : peta rupa bumi, peta geologi, foto udara, citra
satelit atau citra radar, dan data atribut seperti : data iklim, dan data
social penduduk. Peta rupabumi digunakan sebagai dasar pembuatan peta
administrasi dan peta kontur. Peta geologi digunakan untuk membantu analisis
dan pembuatan peta tanah. Foto udara, citra satelit, dan citra radar digunakan
untuk analisis dan pembuatan peta tutupan/ penggunaan lahan. Data iklim
digunakan untuk analisis dan pembuatan peta curah hujan/ intensitas hujan. Data
sosial penduduk digunakan untuk analisis dan pembuatan peta sebaran penduduk/
petani. Data-data sebagaimana tersebut di atas digunakan untuk pembuatan peta
satuan lahan homogen atau peta dasar/ peta kerja lapang. Melalui pengamatan
lapang dan analisis sampel tanah dan air di laboratorium, serta analisis
statistik, kemudian dibuat peta akhir sesuai tujuan yang diharapkan.
Di
bidang pertanian, produk SIG sangat berguna untuk memprediksi luas area dan
produksi komoditas pertanian, penetapan centra pertanian, pemetaan potensi
sumberdaya lahan, pengembangan agroindustri, dan agropolitan, serta prediksi
sebaran hama dan penyakit tanaman. Produk SIG yang dibuat pada skala besar
(detil) dan menggunakan data masukan beresolusi tinggi memberikan keakuratan
hasil (produk) yang tinggi, namun daerah cakupan produk SIG umumnya tidak
terlalu luas. Produk SIG yang dibuat dengan skala kecil serta menggunakan data
masukan beresolusi rendah umumnya mempunyai tingkat keakuratan hasil yang
rendah, namun mencakup daerah pemetaan yang luas.
Berkembangnya
kemajuan teknologi komputer dan telekomunikasi, pemanfaatan SIG dalam bidang
pertanian pada saat ini telah mengalami banyak kemajuan, diantaranya adalah :
·
untuk perumusan/ penetapan
rencana strategi pengembangan pertanian;
·
prediksi luas panen dan
produksi pertanian;
·
monitoring perubahan tataguna lahan pertanian;
·
penetapan daerah centra komoditas
pertanian unggulan;
·
evaluasi sumberdaya lahan
pertanian;
·
pembuatan jalur transportasi/
perdagangan komoditas pertanian antar daerah;
·
analisis pemasaran sarana
produksi pertanian;
·
sebagai alat bantu analisis
spasial berbagai penelitian pertanian; dan
·
sebagai alat bantu interaksi, komunikasi dan informasi antar petani dan
paran pemerhati pertanian berbagai daerah/ negara..
Dengan teknologi
Inderaja, penjelajahan lapangan dapat dikurangi, sehingga akan menghemat waktu
dan biaya bila dibanding dengan cara teristris di lapangan. Pemanfaatan
teknologi Inderaja di Indonesia perlu lebih dikembangan dan diaplikasikan untuk
mendukung efisiensi pelaksanaan inventarisasi sumberdaya lahan/tanah dan
identifikasi penyebaran karakteristik lahan pertanian (lahan sawah, lahan
kering, lahan rawa, lahan tidur, lahan kritis, estimasi produksi) terutama pada
wilayah sentra produksi pangan.
Gambaran
lain kajian yang mendukung optimalisasi lahan dalam bidang pertanian melalui
analisis sistem informasi geografi :
·
Kajian Erosi Tanah
Kajian
erosi tanah diperlukan data-data yang
berkaitan dengan faktor-faktor penyebab erosi, seperti : data curah hujan
harian selama 5 sampai 10 tahun terakhir, data sifat dan karakteristik
tanah untuk menghitung besarnya erodibiltas tanah, data panjang dan derajad lereng, data vegetasi dan pertanaman yang diusahakan dan data tindakan
konservasi tanah yang sudah atau sedang dikerjakan pada bidang lahan yang
dikaji.
·
Kajian Serangan Hama
Penyakit Tanaman
Kajian
serangan hama penyakit tanaman data geospasial yang diperlukan antara lain data
fisiografi wilayah, seperti bentuk lahan (landform), kelerengan, jenis tanah,
dan sebaran vegetasi/ tanaman,data iklim, terutama curah hujan, intensitas
penyinaran matahari, dan arah angin,data pola penggunaan lahan dan data sosial penduduk, yang meliputi adat istiadat/ perilaku
masyarakat, mata pencaharian, tingkat perekonomian, dan tingkat pendidikan
penduduk.
·
Pembuatan Sarana Pengairan Dan
Jaringan Irigasi
GIS
digunakan untuk membantu perencanaan irigasi dari tanah-tanah pertanian. GIS
dapat membantu perencanaan kapasitas sistem, katup-katup, efisiensi, serta
perencanaan distribusi menyeluruh dari air di dalam sistem.
Pembuatan
sarana pengairan dan jaringan irigasi diperlukan data geospasial berupa data
bentuk lahan makro, kelerengan dan lithologi, data penggunaan lahan, data sebaran penduduk dan
kepemilikan lahan dan data sumber-sumber air
alami, terutama jenis sumber air, lokasi, dan debit air.
·
Mengelola Produksi Tanaman
GIS dapat digunakan untuk membantu
mengelola sumberdaya pertanian dan perkebunan seperti luas kawasan untuk
tanaman, pepohonan, atau saluran air. Anda dapat menggunakan GIS untuk
menetapkan masa panen, mengembangkan sistem rotasi tanam, dan melakukan
perhitungan secara tahunan terhadap kerusakan tanah yang terjadi karena
perbedaan pembibitan, penanaman, atau teknik yang digunakan dalam masa
panen.Misalny GIS membantu menginventarisasi data-data lahan perkebunan tebu
menjadi lebih cepat dianalisis. Proses pengolahan tanah, proses pembibitan, proses
penanaman, proses perlindungan dari hama dan penyakit tananan dapat dikelola
oleh manager kebun, bahkan dapat dipantau dari direksi.
·
Mengelola Sistem Irigasi
GIS untuk membantu memantau dan
mengendalikan irigasi dari tanah-tanah pertanian. GIS dapat membantu memantau
kapasitas sistem, katup-katup, efisiensi, serta distribusi menyeluruh dari air
di dalam sistem.
·
Perencanaan dan riwayat sumberdaya
kehutanan
Perencanaan dan riwayat manajemen
pertanahan serta integrasinya dengan sistem hukum dan integrasinya dengan
manajemen basis data relasional sistem-sistem.
·
Perencanaan Pengelola Produksi Tanaman
GIS
dapat digunakan untuk membantu perencanaan pengelolaan sumberdaya pertanian dan
perkebunan seperti luas kawasan untuk tanaman, pepohonan, atau saluran air.
Selain itu GIS digunakan untuk menetapkan masa panen, mengembangkan sistem
rotasi tanam, dan melakukan perhitungan secara tahunan terhadap kerusakan tanah
yang terjadi karena perbedaan pembibitan, penanaman, atau teknik yang digunakan
dalam masa panen. Proses pengolahan tanah, proses pembibitan, proses penanaman,
proses perlindungan dari hama dan penyakit tananan dapat dikelola oleh manager
kebun, bahkan dapat dipantau dari direksi.
- Presisi
pertanian
Pertanian Presisi (precision farming/PF) merupakan
informasi dan teknologi pada sistem pengelolaan pertanian untuk
mengidentifikasi, menganalisa, dan mengelola informasi keragaman spasial dan
temporal di dalam lahan untuk mendapatkan keuntungan optimum, berkelanjutan,
dan menjaga lingkungan. Tujuan dari PF adalah mencocokkan aplikasi sumber daya dan kegiatan budidaya
pertanian dengan kondisi tanah dan keperluan tanaman berdasarkan karakteristik
spesifik lokasi di dalam lahan. Hal tersebut berpotensi
diperolehnya hasil yang lebih besar dengan tingkat masukan yang sama (pupuk,
kapur, herbisida, insektisida, fungisida, bibit), hasil yang sama dengan
pengurangan input, atau hasil lebih besar dengan pengurangan masukan dibanding
sistem produksi pertanian yang lain. PFmempunyai banyak tantangan sebagai sistem produksi tanaman
sehingga memerlukan banyak teknologi yang harus dikembangkan agar dapat
diadopsi oleh petani. PF merupakan revolusi dalam pengelolaan sumber daya alam berbasis
teknologi informasi.
Pertanian
Presisi (precision farming/PF ) merupakan informasi dan teknologi
padasistem pengelolaan pertanian untuk mengidentifikasi, menganalisa, dan
mengelolainformasi keragaman spasial dan temporal di dalam lahan untuk
mendapatkankeuntungan optimum, berkelanjutan, dan menjaga lingkungan. Tujuan
dari PF adalah mencocokkan aplikasi sumber daya dan kegiatan budidaya pertanian
dengan kondisitanah dan keperluan tanaman berdasarkan karakteristik
spesifik lokasi di dalam lahan.Pada saat ini banyak produsen tanaman menerapkan
site-specific crop management (SSCM ). Pemantauan hasil secara
elektronis (electronic yield monitoring) seringkalimenjadi tahap pertama dalam
mengembangkanSSCM atau program
PF. Data hasiltanaman yang presisi dapat digabungkan dengan data tanah dan
lingkungan untuk memulai pelaksanaan pengembangan sistem pengelolaan
tanaman secara presisi (precision crop management system).
- Kajian
biodiversitas bentang lahan untuk kegiatan pertanian berlanjut
Dalam aspek konservasi hutan dan keragaman hayati,
menentukan area prioritas danhotspot dari kerafaman hayati adalah hal paling
mendasar. Aplikasi SIG untuk ini,baik di
negara maju maupun di negara berkembang, sudah cukup banyak. Hutantropis
mempunyai peranan yang signifikan dalam perubahan iklim global. SIGmerupakan
alat yang sangat berguna dalam penelitian perubahan iklim, yaitu dalamhal
pengorganisasian data, dalam bentuk basisdata global, dan kemampuan
analisaspasial untuk pemodelan. Aplikasi SIG untuk penelitian perubahan iklim
berkembangpesat, tetapi untuk negara berkembang masih sangat terbatas.
Basisdata spasial akansemakin penting dalam hal mendukung pengambilan keputusan
yang berkaitandengan pengelolaan hutan. Beberapa basisdata global yang mencakup
area hutantropis sudah tersedia, yaitu meliputi basisdata topografi, hutan
tropis basah, iklimglobal, perubahan iklim global, citra satelit, konservasi
dan tanah.
- Penilaian
resiko usaha pertanian
GIS dapat
digunakan untuk membantu mengelola sumberdaya pertanian dan perkebunan skala
kawasan yang luas secara optimal dengan resiko gagal tanam dan gagal panen
minimum. GIS menetapkan masa tanam yang tepat, memprediksi masa panen,
mengembangkan sistem rotasi tanam, dan melakukan perhitungan secara tahunan
terhadap debit, curah hujan dan scenario pola tanam dan jenis tanam yang paling
menguntungkan secara ekonomi dan teknis.
Dalam
teknologi pangan, GIS dapat digunakan untuk memetakan keberadaan tanamanpangan.
Aplikasi GIS yang digunakan dalam teknologi pangan diantaranya adalahfoodtrace
dan quality trace. Aplikasi ini telah dikembangkan oleh THailand.
Denganaplikasi ini kita dapat memperoleh informasi mengenai bahan baku suatu
produk baik itu dari segi mutu dan asal bahan baku. Di Thailand, salah
satu perusahaanpengalengan jagung menggunakan aplikasi ini untuk mencantumkan
informasi bahanbaku dan ada kode-kode yang dapat
dicek oleh konsumen untuk mengetahui asalbahan baku. Selain
itu, GIS juga dapat dipergunakan untuk memetakan ketahananpangan suatu wilayah
berdasarkan data-data yang dimasukkan dalam GIS.
Penilaian
risiko bisnis dilakukan dengan mengukur nilai penyimpangan yang terjadi. Menurut
(Anderson et al., 1977; Elton dan Gruber, 1995; dan Fariyanti, 2008) terdapat
beberapa ukuran risiko di antaranya adalah nilai varian (variance), standar
deviasi (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation). Secara
praktis pengukuran varian dari penghasilan (return) merupakan penjumlahan
selisih kuadrat dari return dengan ekspektasi return dikalikan dengan peluang
dari setiap kejadian (Elton dan Gruber, 1995). Sedangkan standar deviasi dapat
diukur dari akar kuadrat dari nilai varian. Sementara
itu, koefisien variasi dapat diukur dari rasio standar deviasi dengan return
yang diharapkan (expected return) dari suatu aset. Penghasilan (return) yang
diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga. Koefisien variasi
menunjukkan variabilitas return dan biasanya dihitung sebagai nilai persentase.
Jika data penghasilan yang diharapkan (expected return) tidak tersedia dapat
digunakan nilai rata-rata return.
Pelaku
bisnis termasuk petani harus berhati-hati dalam menggunakan varian dan standar
deviasi untuk meperbandingkan risiko, karena keduanya bersifat absolut dan
tidak mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan. Untuk
membandingkan aset dengan return yang diharapkan, pelaku bisnis atau petani
dapat menggunakan koefisien variasi. Nilai
koefisien variasi merupakan ukuran yang sangat tepat bagi petani sebagai
pengambil keputusan dalam memilih salah satu alternatif dari beberapa kegiatan
usaha untuk setiap return yang diperoleh. Dengan menggunakan
ukuran koefisien variasi, perbandingan di antara kegiatan usaha sudah dilakukan
dengan ukuran yang sama, yaitu risiko untuk setiap return
Gambar 3. Pemanfaatan GIS
dalam perencanaan bidang pertanian
Gambar 4. Sistem Informasi
Geografi (GIS) berbasis pemetaan.
Walaupun saat ini
penggunaan GIS dalam bidang pertanian belum umum dipakai, tapi bukanya tidak
mungkin penerapan GIS dalam dunia pertanian akan makin sering dipakai. Sistem
GIS ini bukan semata-mata software atau aplikasi komputer, namun merupakan
keseluruhan dari pekerjaan managemen pengelolaan lahan pertanian, pemetaan
lahan, pencatatan kegiatan harian di kebun menjadi database, perencanaan system
dan lain-lain. Sehingga bisa dikatakan merupakan perencanaan ulang pengelolaan
pertanian menjadi sistem yang terintegrasi. Dalam jangka panjang, bisa
direduksi kemungkinan permasalahan lahan baik fisik maupun sosial. Bahkan dapat
menjamin keberlangsungan perkebunan sebagai contohnya, dengan syarat pihak
managemen senantiasa mempelajari berjalannya sistem ini dan mengambil keputusan
managerial yang tepat.
4.
Tantangan
Pemanfaatan Citra Satelit dan GIS
Penggunaan GIS belum
lama dimulai, dan cukup bervariasi antar negara, yaitu dalam hal tujuan,
aplikasi, skala operasional, kesinambungan, dan pembiayaan. Proses dimulainya
penggunaan GIS di negara berkembang pada umumnya adalah dari proyek
percontohan, dan bukan sistem yang berjalan secara operasional. Oleh karena itu
GIS sebagian besar dikembangkan tanpa sebuah obyektif jangka panjang untuk
mengintegrasikannya dengan GIS atau basisdata lain. GIS sebagian besar bukan
dimaksudkan untuk digunakan oleh banyak orang dan biasanya dirancang untuk
keperluan khusus.
Selain itu GIS lebih
banyak dikembangkan pada level regional daripada level nasional dan urban.
Dataset kebanyakan terdiri dari data biofisik, sedangkan data sosial-ekonomi
jarang tercakup. Karena pendanaan dari pengembangan GIS kebanyakan dari bantuan
internasional, proyek GIS cenderung dikelola oleh ahli yang biasanya masa
kerjanya pendek, dan bukan oleh staf lokal.
Kendala yang dihadapi,
sekaligus juga merupakan tantangan dalam pembangunan sebuah sistem informasi,
khususnya sistem informasi yang juga memasukkan aspek spasial (keruangan)
antara lain di pasaran dewasa ini, banyak sekali ditawarkan perangkat lunak
yang khusus untuk menyeiakan data spasial tersebut dengan harga yang
bervariasi. Faktor yang menjadi kendala terutama bagi pengguna yang sangat awam
terhadap disiplin ilmu ”Sistem Informasi Geografis” dan hanya ingin mendapatkan
informasi yang diinginkan saja tanpa perlu mengetahui lebih dalam tentang
proses bisnisnya.
Faktor pengoperasian
perangkat lunak juga menjadi kendala karena kurangnya kapasitas sumber daya
manusia yang dalam bisang ini. Faktor data penunjang, utamanya data
spasial, yang relatif lebih mahal dan mempunyai rentang waktu pembaruan data
yang relatif lebih lama dibandingkan dengan data tabular. Hal ini
mengakibatkan ketersediaan data yang diinginkan oleh penggunakan sangat
terbatas karena untuk mendapakan diperlukan biaya yang cukup tinggi.
Secara umum untuk saat ini teknologi ini masih sangat terbatas dan aplikasinya
masih sangat terbatas dalam bidang pertanian.
Selain kendala yang
berkaitan dengan proses dimulainya pengembangan GIS di atas, beberapa faktor
lain yang menghambat pemakaian dan pengembangan GIS di Negara berkembang adalah
kurangnya sumber dana, kurangnya pendidikan di bidang ini, kurangnya komunikasi
antara para birokrat dengan teknokrat, rendahnya alur informasi, faktor politis
yang berubah dengan cepat, kurangnya keleluasaan untuk memilih dan
mengembangkan GIS karena bantuan asing yang biasanya cukup mengikat.
Untuk mengatasi
kendala-kendala tersebut, pelatihan merupakan langkah penting untuk
mengembangkan kapasitas sumber daya manusia. Selain itu komitmen dari lembaga
pemerintah untuk pemakaian GIS, terutama dalam hal perencanaan, akan sangat
berguna. Juga dengan melibatkan instansi lain seperti industri dan
lembaga internasional, kemungkinan keberhasilan pengembangan GIS akan
meningkat.
Dari
uraian diatas maka mamfaat yang dapat diperoleh
melalui kegiatan aplikasi teknologi informasi dan
komunikasi
dengan aplikasi GIS khususnya dalam mendukung pembangunan pertanian
berkelanjutan di antaranya adalah:
Ø Mendorong
terbentuknya jaringan informasi pertanian di tingkat lokal dan nasional.
Ø Membuka
akses petani terhadap informasi pertanian untuk:
- Meningkatkanpeluang potensi peningkatan
pendapatan dan cara pencapaiannya;
- Meningkatkan kemampuan petani dalam
meningkatkan posisi tawarnya, serta
- Meningkatkan kemampuan petani dalam
melakukan diversifikasi usahatani dan merelasikan
komoditas yang diusahakannya dengan input yang tersedia,jumlah
produksiyang diperlukan dan kemampuan pasar menyerap output.
Ø Mendorong
terlaksananya kegiatan pengembangan, pengelolaan danpemanfaatan
informasipertanian secara langsung maupun tidak langsung untuk mendukung
pengembanganpertanian lahan marjinal.
Ø Memfasilitasi
dokumentasi informasi pertanian di tingkat lokal (indigeneousknowledge) yang dapat
diakses secara lebih luas untuk mendukungpengembangan pertanian lahan marjinal.
Daftar Pustaka
https://ernaldihpt.wordpress.com/2010/06/09/sig-dalam-bidang-pertanian/
http://haidarqudsi.blogspot.co.id/2015/06/sistem-informasi-geografis-sig-di.html
http://lenterageosfer.blogspot.co.id/2014/05/sistem-informasi-geografi-sig-di-bidang.html
Jaya, I N S, 2003. Prospek
Pemanfaatan Citra Resolusi Tinggi dalam rangka Identifikasi Jenis Pohon: Studi
kasus menggunakan Citra CASI (Compact Airborne Spectographic Imager) dan IKONOS
di Kebun Raya Bogor. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) XII dan
Kongres III Mapin. Bandung.
http://kickfahmi.blogspot.co.id/2012/10/aplikasi-gis-untuk-mendukung-kegiatan_9609.html
Lillesand and Kiefer,
1993. Remote Sensing And Image Interpretation, Jhon Villey and Sons,New
York.Puntodewo.A, S.Dewi, J.Tarigan, 2003. Sistem Informasi Geografis
untuk Pengelolaan Sumberdaya Alam. Center for International Forestry
Research (CIFOR).
Pusat Penelitian Tanah
dan Agroklimat. 2000. Sumberdaya Lahan Indonesia dan
Pengelolaannya. Puslit. Tanah dan Agroklimat:Bogor.
Subaryono, 2005, Pengantar
Sistem Informasi Geografis. Jurusan Teknik. Geodesi, FT UGM: Yogyakarta.
Suryana, A., A.
Adimihardja, A. Mulyani, Hikmatullah, dan A.B. Siswanto. 2005. Prospek
dan Arah Pengembangan Agribisnis: Tinjauan aspek kesesuaian lahan. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar