Senin, 25 Oktober 2021

PEMAMFAATAN GIS (Geographic Information System) UNTUK PERTANIAN

PEMAMFAATAN GIS (Geographic Information System)

UNTUK PERTANIAN

 

1.      Latar Belakang GIS

Sektor pertanian terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa, penyediaan pangan dan bahan baku industri,  pengentasan kemiskinan, penyedia lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Selain kontribusi langsung, sektor pertanian juga memiliki kontribusi yang tidak langsung berupa efek pengganda (multiplier effect), yaitu keterkaitan input-output antar industri, konsumsi dan investasi. Dampak pengganda tersebut relatif besar sehingga sektor pertanian layak dijadikan sebagai sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional.

Perencanaan dan pengelolaan sumber daya alam yang baik mutlak diperlukan dalam pengembangan pertanian. Tersedianya informasi potensi sumber daya lahan untuk pengembangan komoditas pertanian akan sangat membantu upaya peningkatan produksi komoditas pertanian secara berkelanjutan.  Salah satu informasi dasar yang dibutuhkan untuk pengembangan pertanian adalah data spasial (peta) potensi sumberdaya lahan, yang memberikan informasi penting tentang distribusi, luasan, tingkat kesesuaian lahan, faktor pembatas, dan alternatif teknologi yang dapat diterapkan (Suryana et.al, 2005).  Penginderaan Jauh Citra Satelit dan Geographic Information System (GIS) merupakan teknologi spasial yang sangat berguna dalam perencanaan pertanian.

 SIG adalah Suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk menangkap, menyimpan,memperbaiki,memperbaharui,mengelola,memanipulasi,mengintegrasikan,menganalisis, dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis." (ESRI,1990).

Menurut  Puntodewo, et.al, (2003) secara harafiah, GIS (Geographic Information System) atau Sistem Informasi Geografis (SIG)  dapat diartikan sebagai ”suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras,perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk menangkap, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa, dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis”.

Konsep dasar SIG yaitu data yang merepresentasikan dunia nyata (real world) dapat disimpan, dimanipulasi, dan dipresentasikan dalam  bentuk yang lebih sederhana dengan layer – layer yang direalisasikan dengan lokasi – lokasi geografi di permukaan bumi. Hasilnya dapat digunakan untuk pemecahan berbagai masalah perencanaan dan pengambilan keputusan berkaitan dengan data kebumian.

 

Sistem Informasi yang berkaitan dengan catatan permukaan bumi (geografi) secara konvensional (manual, sederhana) telah dilakukan oleh berbagai instansi sejak lama dalam bentuk peta, tabel, dan laporan yang disimpan dalam almari dan filing cabinet.

Tujuan utama dari operasi SIG adalah:

  • untuk menemukan berbagai persoalan nyata permukaan bumi yang penting bagi kehidupan manusia.
  • untuk menentukan strategi dan langkah operasional penanganan berbagai persoalan permukaan bumi dan atau dekat permukaan bumi yang diketemukan.

 

Komponen utama Sistem Informasi Geografis dapat dibagi ke dalam lima komponen utama yaitu:

·         Perangkat keras (Hardware)

·         Perangkat lunak (Software)

·         Pemakai (User)

·         Data

·         Metode

Untuk mendukung suatu Sistem Informasi Geografis, pada prinsipnya terdapat dua jenis data, yaitu:

·         Data spasial

Data yang berkaitan dengan aspek keruangan dan merupakan data yang menyajikan lokasi geografis atau gambaran nyata suatu wilayah di permukaan bumi. Umumnya di representasikan berupa grafik , peta , atau gambar dengan format digital dan disimpan dalam bentuk koordinat x dan y (vektor) atau dalam bentuk image (raster) yang memiliki nilai tertentu.

·         Datanon-spasial

Disebut juga data atribut, yaitu data yang menerangkan keadaan atau informasi-informasi dari suatu objek (lokasi dan posisi) yang ditunjukkan oleh data spasial. Salah satu komponen utama dari Sistem Informasi Geografis adalah perangkat lunak (software). Dalam pendesainan peta digunakan salah satu software SIG yaitu Map Info Profesional 8.0. MapInfo merupakan sebuah perengkat lunak Sistem Informasi Geografis dan pemetaan yang dikembangkan oleh MapInfo Co. Perangkat lunak ini berfungsi sebagai alat yang dapat membantu dalam memvisualisasikan, mengeksplorasi, menjawab query, dan menganalisis data secara geografis.

 

2.      Aplikasi GIS dalam Perencanaan Pertanian

Aplikasi SIG di bidang Pertanian penyusunan Sistem Informasi Manajemen (SIM) dan Sistem Informasi Geografis (SIG) Pertanian di setiap Kabupaten dilakukan untuk memberikan gambaran seputar data-data pertanian di setiap Kabupaten, hal ini dilakukan dengan perangkat komputer secara online dan update (terkini), sehingga memudahkan user dalam memonitor perkembangan informasi pertanian di setiap Kabupaten.

Manajemen pengelolaan sistem perlu dilakukan secara sistematis, cepat, dan akurat untuk mengimbangi pertumbuhan dan perkembangan data pertanian di Kabupaten tersebut, Melalui pengaturan data yang baik, dengan melibatkan parameter-parameter perencanaan, dapat dilakukan pengelolaan dan pemeliharaan data pertanian daerah secara efektif dan efisien. Untuk mendukung sistem pengelolaan tersebut, perlu adanya sistem informasi data pertanian yang berbasis spasial dan tabular.

Sebagai suatu bentuk sistem informasi, GIS menyajikan informasi dalam bentuk grafis dengan menggunakan peta sebagai antar muka, saat ini banyak digunakan untuk perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang berkaitan dengan wilayah geografis.  Subaryono (2005) mengemukakan bahwa GIS sering digunakan untuk pengambilan keputusan dalam suatu perencanaan. Para pengambil keputusan akan lebih mudah untuk menganalisa data yang ada dengan menggunakan GIS.

Gambar 1

Gambar 1. Aplikasi Citra Satelit dalam klasifikasi Pengguna Lahan

Gambar 2

Gambar 2. Perencanaan lahan-lahan pertanian yang akan ditanami jenis tanaman dengan varietas tertentu dalam pilot projek penelitian diversifikasi dan ketahanan terhadap hama dan penyakit.

Teknologi penginderaan jauh citra satelit mampu menyediakan data dengan cakupan yang luas, secara cepat dan tepat waktu. Dengan didukung sistem informasi geografis, maka perencanaan spasial dapat dilakukan dengan lebih mudah dan cepat (Jaya, 2003). Citra dapat dibedakan atas citra foto (photographic image) atau foto udara dan citra non foto (non photographic image).

Dalam perencanaan bidang pertanian, citra satelit dapat dimanfaatkan antara lain untuk  perencanaan pola tanam dan  perencanaan peremajaan tanaman.  Ketersediaan data citra dapat membantu dalam menetukan kesesuaian lahan untuk pengembangan komoditi tertentu sesuai dengan kelas kemampuan lahan. Melalui citra, dapat diketahui gejala atau kenampakan di permukaan bumi.  Citra dapat dengan cepat menggambarkan objek yang sangat sulit dijangkau oleh pengamatan langsung (lapangan) melalui intrepretasi citra. Intrepretasi citra untuk mengenali objek dilakukan melalui tahapan deteksi, identifikasi dan analisis citra.

Salah satu keuntungan dari data citra satelit untuk deteksi dan inventarisasi sumberdaya lahan pertanian adalah setiap lembar (scene) citra ini mencakup wilayah yang sangat luas yaitu sekitar 60–180 km2 (360.000–3.240.000 ha). Dengan mengamati daerah yang sangat luas sekaligus,  beserta keadaan lahan yang mencakup topografi/relief, pertumbuhan tanaman/ vegetasi dan fenomena alam yang terekam dalam citra member peluang untuk mengamati, mempelajari pengaruh iklim, vegetasi, litologi dan topografi terhadap penyebaran sumberdaya lahan dan lahan pertanian (Puslit. Tanah dan Agroklimat, 2000).

Beberapa jenis citra satelit yang biasa digunakan adalah citra satelit Landsat, SPOT, Ikonos (untuk perencanaan penggunaan lahan dan hidrologi), NOAA, Meteor dan GMS (untuk klimatologi), dan lain sebagainya.  Ketersediaan citra IKONOS dan SPOT 5 yang mempunyai resolusi spasial yang tinggi telah membuka peluang untuk mendapatkan informasi tutupan lahan detail. Citra IKONOS telah digunakan oleh banyak pemerintah daerah kabupaten dan atau perusahaan swasta nasional untuk memetakan sumber daya alam yang ada di wilayahnya.

 

3.      Pemanfaatan GIS dan Citra Satelit dalam Perencanaan Pengembangan Pertanian

Lillesand dan Kiefer (1990) mendefenisiskan penginderaan jauh sebagai ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah, atau gejala dengan menganalisis data yang diperoleh menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap objek, daerah, atau gejala yang dikaji.

Pemanfaatan SIG dalam bidang pertanian pada umumnya diperlukan beberapa data masukan, berupa data spasial seperti : peta rupa bumi, peta geologi, foto udara, citra satelit atau citra radar, dan data atribut seperti : data iklim, dan data social penduduk. Peta rupabumi digunakan sebagai dasar pembuatan peta administrasi dan peta kontur. Peta geologi digunakan untuk membantu analisis dan pembuatan peta tanah. Foto udara, citra satelit, dan citra radar digunakan untuk analisis dan pembuatan peta tutupan/ penggunaan lahan. Data iklim digunakan untuk analisis dan pembuatan peta curah hujan/ intensitas hujan. Data sosial penduduk digunakan untuk analisis dan pembuatan peta sebaran penduduk/ petani. Data-data sebagaimana tersebut di atas digunakan untuk pembuatan peta satuan lahan homogen atau peta dasar/ peta kerja lapang. Melalui pengamatan lapang dan analisis sampel tanah dan air di laboratorium, serta analisis statistik, kemudian dibuat peta akhir sesuai tujuan yang diharapkan.

Di bidang pertanian, produk SIG sangat berguna untuk memprediksi luas area dan produksi komoditas pertanian, penetapan centra pertanian, pemetaan potensi sumberdaya lahan, pengembangan agroindustri, dan agropolitan, serta prediksi sebaran hama dan penyakit tanaman. Produk SIG yang dibuat pada skala besar (detil) dan menggunakan data masukan beresolusi tinggi memberikan keakuratan hasil (produk) yang tinggi, namun daerah cakupan produk SIG umumnya tidak terlalu luas. Produk SIG yang dibuat dengan skala kecil serta menggunakan data masukan beresolusi rendah umumnya mempunyai tingkat keakuratan hasil yang rendah, namun mencakup daerah pemetaan yang luas.

Berkembangnya kemajuan teknologi komputer dan telekomunikasi, pemanfaatan SIG dalam bidang pertanian pada saat ini telah mengalami banyak kemajuan, diantaranya adalah :

·         untuk perumusan/ penetapan rencana strategi pengembangan pertanian;

·         prediksi luas panen dan produksi pertanian;

·          monitoring perubahan tataguna lahan pertanian;

·         penetapan daerah centra komoditas pertanian unggulan;

·         evaluasi sumberdaya lahan pertanian;

·         pembuatan jalur transportasi/ perdagangan komoditas pertanian antar daerah;

·         analisis pemasaran sarana produksi pertanian;

·         sebagai alat bantu analisis spasial berbagai penelitian pertanian; dan

·         sebagai alat bantu interaksi, komunikasi dan informasi antar petani dan paran pemerhati pertanian berbagai daerah/ negara..

Dengan teknologi Inderaja, penjelajahan lapangan dapat dikurangi, sehingga akan menghemat waktu dan biaya bila dibanding dengan cara teristris di lapangan. Pemanfaatan teknologi Inderaja di Indonesia perlu lebih dikembangan dan diaplikasikan untuk mendukung efisiensi pelaksanaan inventarisasi sumberdaya lahan/tanah dan identifikasi penyebaran karakteristik lahan pertanian (lahan sawah, lahan kering, lahan rawa, lahan tidur, lahan kritis, estimasi produksi) terutama pada wilayah sentra produksi pangan.

Gambaran lain kajian yang mendukung optimalisasi lahan dalam bidang pertanian melalui analisis sistem informasi geografi :

·         Kajian Erosi Tanah

Kajian erosi tanah diperlukan data-data yang berkaitan dengan faktor-faktor penyebab erosi, seperti : data curah hujan harian selama 5 sampai 10 tahun terakhir, data sifat dan karakteristik tanah untuk menghitung besarnya erodibiltas tanah, data panjang dan derajad lereng, data vegetasi dan pertanaman yang diusahakan dan data tindakan konservasi tanah yang sudah atau sedang dikerjakan pada bidang lahan yang dikaji.

 

·          Kajian Serangan Hama Penyakit Tanaman

Kajian serangan hama penyakit tanaman data geospasial yang diperlukan antara lain data fisiografi wilayah, seperti bentuk lahan (landform), kelerengan, jenis tanah, dan sebaran vegetasi/ tanaman,data iklim, terutama curah hujan, intensitas penyinaran matahari, dan arah angin,data pola penggunaan lahan dan data sosial penduduk, yang meliputi adat istiadat/ perilaku masyarakat, mata pencaharian, tingkat perekonomian, dan tingkat pendidikan penduduk.

 

·         Pembuatan Sarana Pengairan Dan Jaringan Irigasi

GIS digunakan untuk membantu perencanaan irigasi dari tanah-tanah pertanian. GIS dapat membantu perencanaan kapasitas sistem, katup-katup, efisiensi, serta perencanaan distribusi menyeluruh dari air di dalam sistem.

 

Pembuatan sarana pengairan dan jaringan irigasi diperlukan data geospasial berupa data bentuk lahan makro, kelerengan dan lithologi, data penggunaan lahan, data sebaran penduduk dan kepemilikan lahan dan data sumber-sumber air alami, terutama jenis sumber air, lokasi, dan debit air.

 

 

 

·         Mengelola Produksi Tanaman 

GIS dapat digunakan untuk membantu mengelola sumberdaya pertanian dan perkebunan seperti luas kawasan untuk tanaman, pepohonan, atau saluran air. Anda dapat menggunakan GIS untuk menetapkan masa panen, mengembangkan sistem rotasi tanam, dan melakukan perhitungan secara tahunan terhadap kerusakan tanah yang terjadi karena perbedaan pembibitan, penanaman, atau teknik yang digunakan dalam masa panen.Misalny GIS membantu menginventarisasi data-data lahan perkebunan tebu menjadi lebih cepat dianalisis. Proses pengolahan tanah, proses pembibitan, proses penanaman, proses perlindungan dari hama dan penyakit tananan dapat dikelola oleh manager kebun, bahkan dapat dipantau dari direksi.

 

·         Mengelola Sistem Irigasi 

GIS untuk membantu memantau dan mengendalikan irigasi dari tanah-tanah pertanian. GIS dapat membantu memantau kapasitas sistem, katup-katup, efisiensi, serta distribusi menyeluruh dari air di dalam sistem.

 

·         Perencanaan dan riwayat sumberdaya kehutanan 

Perencanaan dan riwayat manajemen pertanahan serta integrasinya dengan sistem hukum dan integrasinya dengan manajemen basis data relasional  sistem-sistem.

 

·         Perencanaan Pengelola Produksi Tanaman

GIS dapat digunakan untuk membantu perencanaan pengelolaan sumberdaya pertanian dan perkebunan seperti luas kawasan untuk tanaman, pepohonan, atau saluran air. Selain itu GIS digunakan untuk menetapkan masa panen, mengembangkan sistem rotasi tanam, dan melakukan perhitungan secara tahunan terhadap kerusakan tanah yang terjadi karena perbedaan pembibitan, penanaman, atau teknik yang digunakan dalam masa panen. Proses pengolahan tanah, proses pembibitan, proses penanaman, proses perlindungan dari hama dan penyakit tananan dapat dikelola oleh manager kebun, bahkan dapat dipantau dari direksi.

 

  • Presisi pertanian

Pertanian Presisi (precision farming/PF) merupakan informasi dan teknologi pada sistem pengelolaan pertanian untuk mengidentifikasi, menganalisa, dan mengelola informasi keragaman spasial dan temporal di dalam lahan untuk mendapatkan keuntungan optimum, berkelanjutan, dan menjaga lingkungan.  Tujuan dari PF adalah mencocokkan aplikasi sumber daya dan kegiatan budidaya pertanian dengan kondisi tanah dan keperluan tanaman berdasarkan karakteristik spesifik lokasi di dalam lahan.  Hal tersebut berpotensi diperolehnya hasil yang lebih besar dengan tingkat masukan yang sama (pupuk, kapur, herbisida, insektisida, fungisida, bibit), hasil yang sama dengan pengurangan input, atau hasil lebih besar dengan pengurangan masukan dibanding sistem produksi pertanian yang lain. PFmempunyai banyak tantangan sebagai sistem produksi tanaman sehingga memerlukan banyak teknologi yang harus dikembangkan agar dapat diadopsi oleh petani.  PF merupakan revolusi dalam pengelolaan sumber daya alam berbasis teknologi informasi.

Pertanian Presisi (precision farming/PF ) merupakan informasi dan teknologi padasistem pengelolaan pertanian untuk mengidentifikasi, menganalisa, dan mengelolainformasi keragaman spasial dan temporal di dalam lahan untuk mendapatkankeuntungan optimum, berkelanjutan, dan menjaga lingkungan. Tujuan dari PF adalah mencocokkan aplikasi sumber daya dan kegiatan budidaya pertanian dengan kondisitanah dan keperluan tanaman berdasarkan karakteristik spesifik lokasi di dalam lahan.Pada saat ini banyak produsen tanaman menerapkan site-specific crop management (SSCM ). Pemantauan hasil secara elektronis (electronic yield monitoring) seringkalimenjadi tahap pertama dalam mengembangkanSSCM atau program PF. Data hasiltanaman yang presisi dapat digabungkan dengan data tanah dan lingkungan untuk memulai pelaksanaan pengembangan sistem pengelolaan tanaman secara presisi (precision crop management system).

  • Kajian biodiversitas bentang lahan untuk kegiatan pertanian berlanjut

Dalam aspek konservasi hutan dan keragaman hayati, menentukan area prioritas danhotspot dari kerafaman hayati adalah hal paling mendasar. Aplikasi SIG untuk ini,baik di negara maju maupun di negara berkembang, sudah cukup banyak. Hutantropis mempunyai peranan yang signifikan dalam perubahan iklim global. SIGmerupakan alat yang sangat berguna dalam penelitian perubahan iklim, yaitu dalamhal pengorganisasian data, dalam bentuk basisdata global, dan kemampuan analisaspasial untuk pemodelan. Aplikasi SIG untuk penelitian perubahan iklim berkembangpesat, tetapi untuk negara berkembang masih sangat terbatas. Basisdata spasial akansemakin penting dalam hal mendukung pengambilan keputusan yang berkaitandengan pengelolaan hutan. Beberapa basisdata global yang mencakup area hutantropis sudah tersedia, yaitu meliputi basisdata topografi, hutan tropis basah, iklimglobal, perubahan iklim global, citra satelit, konservasi dan tanah.

 

  • Penilaian resiko usaha pertanian

GIS dapat digunakan untuk membantu mengelola sumberdaya pertanian dan perkebunan skala kawasan yang luas secara optimal dengan resiko gagal tanam dan gagal panen minimum. GIS menetapkan masa tanam yang tepat, memprediksi masa panen, mengembangkan sistem rotasi tanam, dan melakukan perhitungan secara tahunan terhadap debit, curah hujan dan scenario pola tanam dan jenis tanam yang paling menguntungkan secara ekonomi dan teknis.

Dalam teknologi pangan, GIS dapat digunakan untuk memetakan keberadaan tanamanpangan. Aplikasi GIS yang digunakan dalam teknologi pangan diantaranya adalahfoodtrace dan quality trace. Aplikasi ini telah dikembangkan oleh THailand. Denganaplikasi ini kita dapat memperoleh informasi mengenai bahan baku suatu produk baik itu dari segi mutu dan asal bahan baku. Di Thailand, salah satu perusahaanpengalengan jagung menggunakan aplikasi ini untuk mencantumkan informasi bahanbaku dan ada kode-kode yang dapat dicek oleh konsumen untuk mengetahui asalbahan baku. Selain itu, GIS juga dapat dipergunakan untuk memetakan ketahananpangan suatu wilayah berdasarkan data-data yang dimasukkan dalam GIS.

 

Penilaian risiko bisnis dilakukan dengan mengukur nilai penyimpangan yang terjadi.  Menurut (Anderson et al., 1977; Elton dan Gruber, 1995; dan Fariyanti, 2008) terdapat beberapa ukuran risiko di antaranya adalah nilai varian (variance), standar deviasi (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation). Secara praktis pengukuran varian dari penghasilan (return) merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan ekspektasi return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian (Elton dan Gruber, 1995). Sedangkan standar deviasi dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai varian.  Sementara itu, koefisien variasi dapat diukur dari rasio standar deviasi dengan return yang diharapkan (expected return) dari suatu aset. Penghasilan (return) yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga. Koefisien variasi menunjukkan variabilitas return dan biasanya dihitung sebagai nilai persentase. Jika data penghasilan yang diharapkan (expected return) tidak tersedia dapat digunakan nilai rata-rata return.

 

Pelaku bisnis termasuk petani harus berhati-hati dalam menggunakan varian dan standar deviasi untuk meperbandingkan risiko, karena keduanya bersifat absolut dan tidak mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan.  Untuk membandingkan aset dengan return yang diharapkan, pelaku bisnis atau petani dapat menggunakan koefisien variasi.  Nilai koefisien variasi merupakan ukuran yang sangat tepat bagi petani sebagai pengambil keputusan dalam memilih salah satu alternatif dari beberapa kegiatan usaha untuk setiap return yang diperoleh.  Dengan menggunakan ukuran koefisien variasi, perbandingan di antara kegiatan usaha sudah dilakukan dengan ukuran yang sama, yaitu risiko untuk setiap return

Gambar 3

Gambar 3.  Pemanfaatan GIS dalam perencanaan bidang pertanian

Gambar 4

Gambar 4.  Sistem Informasi Geografi (GIS) berbasis pemetaan.

Walaupun saat ini penggunaan GIS dalam bidang pertanian belum umum dipakai, tapi bukanya tidak mungkin penerapan GIS dalam dunia pertanian akan makin sering dipakai. Sistem GIS ini bukan semata-mata software atau aplikasi komputer, namun merupakan keseluruhan dari pekerjaan managemen pengelolaan lahan pertanian, pemetaan lahan, pencatatan kegiatan harian di kebun menjadi database, perencanaan system dan lain-lain. Sehingga bisa dikatakan merupakan perencanaan ulang pengelolaan pertanian menjadi sistem yang terintegrasi. Dalam jangka panjang, bisa direduksi kemungkinan permasalahan lahan baik fisik maupun sosial. Bahkan dapat menjamin keberlangsungan perkebunan sebagai contohnya, dengan syarat pihak managemen senantiasa mempelajari berjalannya sistem ini dan mengambil keputusan managerial yang tepat.

4.      Tantangan Pemanfaatan Citra Satelit dan GIS

Penggunaan GIS belum lama dimulai, dan cukup bervariasi antar negara, yaitu dalam hal tujuan, aplikasi, skala operasional, kesinambungan, dan pembiayaan. Proses dimulainya penggunaan GIS di negara berkembang pada umumnya adalah dari proyek percontohan, dan bukan sistem yang berjalan secara operasional. Oleh karena itu GIS sebagian besar dikembangkan tanpa sebuah obyektif jangka panjang untuk mengintegrasikannya dengan GIS atau basisdata lain. GIS sebagian besar bukan dimaksudkan untuk digunakan oleh banyak orang dan biasanya dirancang untuk keperluan khusus.

Selain itu GIS lebih banyak dikembangkan pada level regional daripada level nasional dan urban. Dataset kebanyakan terdiri dari data biofisik, sedangkan data sosial-ekonomi jarang tercakup. Karena pendanaan dari pengembangan GIS kebanyakan dari bantuan internasional, proyek GIS cenderung dikelola oleh ahli yang biasanya masa kerjanya pendek, dan bukan oleh staf lokal.

Kendala yang dihadapi, sekaligus juga merupakan tantangan dalam pembangunan sebuah sistem informasi, khususnya sistem informasi yang juga memasukkan aspek spasial (keruangan) antara lain di pasaran dewasa ini, banyak sekali ditawarkan perangkat lunak yang khusus untuk menyeiakan data spasial tersebut dengan harga yang bervariasi. Faktor yang menjadi kendala terutama bagi pengguna yang sangat awam terhadap disiplin ilmu ”Sistem Informasi Geografis” dan hanya ingin mendapatkan informasi yang diinginkan saja tanpa perlu mengetahui lebih dalam tentang proses bisnisnya.

Faktor pengoperasian perangkat lunak juga menjadi kendala karena kurangnya kapasitas sumber daya manusia yang dalam bisang ini.  Faktor data penunjang, utamanya data spasial, yang relatif lebih mahal dan mempunyai rentang waktu pembaruan data yang relatif lebih lama dibandingkan dengan data tabular.  Hal ini mengakibatkan ketersediaan data yang diinginkan oleh penggunakan sangat terbatas karena untuk mendapakan diperlukan biaya yang cukup tinggi.  Secara umum untuk saat ini teknologi ini masih sangat terbatas dan aplikasinya masih sangat terbatas dalam bidang pertanian.  

Selain kendala yang berkaitan dengan proses dimulainya pengembangan GIS di atas, beberapa faktor lain yang menghambat pemakaian dan pengembangan GIS di Negara berkembang adalah kurangnya sumber dana, kurangnya pendidikan di bidang ini, kurangnya komunikasi antara para birokrat dengan teknokrat, rendahnya alur informasi, faktor politis yang berubah dengan cepat, kurangnya keleluasaan untuk memilih dan mengembangkan GIS karena bantuan asing yang biasanya cukup mengikat.

Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, pelatihan merupakan langkah penting untuk mengembangkan kapasitas sumber daya manusia. Selain itu komitmen dari lembaga pemerintah untuk pemakaian GIS, terutama dalam hal perencanaan, akan sangat berguna.  Juga dengan melibatkan instansi lain seperti industri dan lembaga internasional, kemungkinan keberhasilan pengembangan GIS akan meningkat.

Dari uraian diatas maka mamfaat yang dapat diperoleh melalui kegiatan aplikasi teknologi informasi dan komunikasi dengan aplikasi GIS khususnya dalam mendukung pembangunan pertanian berkelanjutan di antaranya adalah:

 

Ø  Mendorong terbentuknya jaringan informasi pertanian di tingkat lokal dan nasional.

Ø  Membuka akses petani terhadap informasi pertanian untuk:

  • Meningkatkanpeluang potensi peningkatan pendapatan dan cara pencapaiannya;
  • Meningkatkan kemampuan petani dalam meningkatkan posisi tawarnya, serta
  • Meningkatkan kemampuan petani dalam melakukan diversifikasi usahatani dan merelasikan komoditas yang diusahakannya dengan input yang tersedia,jumlah produksiyang diperlukan dan kemampuan pasar menyerap output.

Ø  Mendorong terlaksananya kegiatan pengembangan, pengelolaan danpemanfaatan informasipertanian secara langsung maupun tidak langsung untuk mendukung pengembanganpertanian lahan marjinal.

Ø  Memfasilitasi dokumentasi informasi pertanian di tingkat lokal (indigeneousknowledge) yang dapat diakses secara lebih luas untuk mendukungpengembangan pertanian lahan marjinal.


 

Daftar Pustaka

 

https://ernaldihpt.wordpress.com/2010/06/09/sig-dalam-bidang-pertanian/

http://haidarqudsi.blogspot.co.id/2015/06/sistem-informasi-geografis-sig-di.html

http://lenterageosfer.blogspot.co.id/2014/05/sistem-informasi-geografi-sig-di-bidang.html

http://sulsel.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=839:peranan-geographic-information-system-gis-dalam-perencanaan-pengembangan-pertanian&catid=164:buletin-nomor-6-tahun-2012&Itemid=342

Jaya, I N S, 2003. Prospek Pemanfaatan Citra Resolusi Tinggi dalam rangka Identifikasi Jenis Pohon: Studi kasus menggunakan Citra CASI (Compact Airborne Spectographic Imager) dan IKONOS di Kebun Raya Bogor. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) XII dan Kongres III Mapin. Bandung.

http://kickfahmi.blogspot.co.id/2012/10/aplikasi-gis-untuk-mendukung-kegiatan_9609.html

Lillesand and Kiefer, 1993. Remote Sensing And Image Interpretation, Jhon Villey and Sons,New York.Puntodewo.A, S.Dewi, J.Tarigan, 2003.  Sistem Informasi Geografis untuk Pengelolaan Sumberdaya Alam.  Center for International Forestry Research (CIFOR).

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 2000.  Sumberdaya Lahan Indonesia dan  Pengelolaannya. Puslit. Tanah dan  Agroklimat:Bogor.

Subaryono, 2005, Pengantar Sistem Informasi Geografis. Jurusan Teknik. Geodesi, FT UGM: Yogyakarta.

Suryana, A., A. Adimihardja, A. Mulyani, Hikmatullah, dan A.B. Siswanto. 2005.  Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis: Tinjauan aspek kesesuaian lahan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar